Ku Bahagia-Sherina, OST Laskar Pelangi

Kita bermain-main
Siang-siang hari Senin
Tertawa satu sama lain
Semua bahagia, semua bahagia

Kita berangan-angan
Merangkai masa depan
Dibawah kerindangan dahan
Semua bahagia, semua bahagia

Matahari seakan tersenyum
Walau makan susah walau hidup susah
Walau tuk senyum pun susah
Rasa syukur ini karena bersamamu juga susah dilupakan
Oh Ku bahagia

Kita berlari-lari
Bersama mengejar mimpi
Tak ada kata tuk berhenti
Semua bahagia, semua bahagia

POLITIK

POLITIK #&$*^?!*)I

Politik di Indonesia. Bicara kualitas mayarakat yang mayoritas kurang cerdas. Lihat fenomena politisi berpolitik busuk alias mafia politik. Masyarakatnya udah jelas masalahnya, belum tercerdaskan masalah politik. Poitisinya punya masalah apa? Ada dua. Pertama, politisinya memang g paham tentang politik (khususnya politik bermoral). Ke dua, politisinya dah punya ilmu yang OK tentang politik tapi karena ribet secara moral untuk dapat apa yang dia mau, yah ilmunya yang keren (baik) g dijalankan. Mereka itu mafia politik.

Kita lagi bicara tentang terdidik or nggak terdidik. Solusinya ya pendidikan. Pendidikan politik untuk masyarakat itu penting. Masyarakat mestinya paham dalam memanfaatkan hak politiknya. Mayarakat mesti nya paham dalam memanfaatkan hak politiknya. Masyarakat mesti paham tentang kewajiban politiknya. Masyarakat mesti paham tentang fenomena politik yang menghampirinya. Pendidikan untuk politisi udah beda ceritanya. Yang penting dalam pendidikan politisi adalah pendidikan politik untuk mendapatkan kefahaman tentang istem politik dan punya referensi politik yang ‘bener’. Dan yang g kalah pentingnya adalah pendidikan MORAL untuk para politisi. Itu mesti!!

Jadi, ada 2 obyek yang mau kita didik, masyarakat dan politisi. SIapa yang jadi prioritas pendidikan moral dan politik (masyarakat juga butuh pendidikan moral) kita sekarang ?? masyarakat atau politisinya?

Sumber masalah kita adalah politisi busuk. Politisi busuk selalu menipu masyarakat atau bahkan engaja_memanfaatkan_ ‘kebodohan’ mayarakatnya. Politisi yang ‘paham’ akan makna dan substansi politik, serta memiliki pendidikan moral tenti juga akan berupaya dan mampu menghasilkan masyarakat yang cerdas. Bagaimana korelasinya antara politisi bersih dengan masyarakat cedas?.. Politisi politisi bersih masuk/membuat/mempengaruhi Partai Politik yang bersih dan berkualitas. Kompetisi politisi/parpol bersih saling bersaing konsep terbaik untuk masyarakat. Politisi , parpol, beserta kompetisinya ecara langsung or g langsung menjalankan fungsi pendidikan politiknya dan kaderisasinya terhadap masyarakat. Kalo dah gini, Politik Indonesia bakal OK nih !!!

Yah… Harapan itu Pasti Ada


एक्टर एक्टर BUSUK

AKTOR AKTOR BUSUK

11 Kriteria celag yang dipilih

1. MUda ,cerdas, dan berkompeten

2. Komitmen terhadap perubahan

3. Mendukung kemandirian local

4. Peduli terhadap pendidikan

5. Peduli terhadap lingkungan

6. Tidak terlibat korupsi

7. Tidak terlibat skandal perempuan dan KDRT

8. Tidak menjadi kaki tangan Orde Baru

9. Tidak terlibat kasus pornoaki , narkoba, dan judi

10. Tidak menjadi antek Asing

11. Mermoral dan amanah

Say no golput, say no to Politisi Busuk !!

Milih nggak milih, tetap TERPILIH, So yanTebalg Paling Baik MEMILIH tapi SELEKTIF

1. KATAKAN TIDAK UNTUK POLITISI BUSUK

Siapa itu politisi busuk? Yaitu politisi yang berpolitik ‘busuk’. Terlibat kasus KORUPSI (terindikasi, tersangaka ,sedang proe pengadilan, telah divonis penjara, amupun yang dah kluar tahanan) . Suka memanfaatkan tatus pejabat public untuk kepentingan pribadi/kelompok, kasus suap menyuap, pelaku KDRT, kekerasan pada anak, terlibat kasus pornografi (/aksi) ,skandal perempuan, biasa janji janji palsu, suka tidur kalo bicara soal rakyat, dll…

Teori Machivelli tentang politik, gunakan cara apapun demi sebuah ‘keberhailan’ cara baik or nggak baik semua jadi halal. Penghalalan terhadap cara ‘busuk’ akhirnya menjadi cara politik yang mendominasi, politisi itu mestinya memang actor busuk. Terus kenapa mesti ada lagi istilah POLITISI BUSUK ? (kan semua politisi busuk?!)

POLITISI BUSUK = _Istilah_ SAMPAH BUSUK, busuk diantara yang busuk #*@%*

Tapi politik itu nggak busuk !!! Selama ni ,teori politik kita yang salah … referensi kita yang bermasalah. Harapan itu masih ada, karena ia memang selalu ada, dan fakta menjadi penguatnya. Trus siapa mereka ? (yang bukan politisi busuk).

2. ADA BUKTINYA MEREKA POLITISI BUSUK ?

Gimana cara kenalnya ? ribet nggak ribet mesti berusaha untuk kenal. Awalnya so kenal, tapi lama nggak lama pasti bakal kita kenal juga. Ngga jarang juga yang akhirnya ngaku. _koq bisa_ Karena dipaksa oleh keadaan, n secara psikologis memang susah untuk disembunyikan (bagi yang masih ingat bahwa dirinya manusia).

Orang orang seperti mereka (inyaAllah kita tetap terjaga) _kata pak Fuad Rumi_ pantes untuk dianalisis dengan teori Flatus. Pertama, berbau dan berbunyi. Ini kan jadi mudah persoalannya, da indikasi, da bukti, mau g mau ya ngaku. Kedua, berbunyi tapi ngga berbau. Yah cukup mudah juga lah. Ke Tiga, ngga da bunyinya tapi da baunya, wah siapa tuh, semua g da yang ngaku. Ribet juga cara kenalin pelakunya, semua bisa jadi tersangaka. Ke empat, g da suaranya, g berbau juga, tapi ‘ada’. Ini kan bener bener ribet. Di perparah lagi sama teori politik sang politisi yang salah, karena sama sama busuk di tempat sampah dah terbiaa, yang baunya busuk katanya (perassaannya) wangi wangi aja tuh. Ini kah potret politisi kita? Innalillah…_tapi inget. HARAPAN ITU MASIH ADA_ (kata kadernya PKS…tapi q smakat)_ Ngeyel banget yah ?!? Tapi yang g busuk beneran ada koq…

3. BERANTAS POLITISI BUSUK

LSM, ORMAS jadi saksi (/korban) atas ‘keberanian’ beberkan data nama sang politisi buruk. Pengadilan tuh…., bukan politisinya yang diadili, tapi orang ‘beraninya’ yang diproses, perusakan nama baik katanya. Tim advokasinya juga jadi masalah (nggak dipersiapkan sebelumnya, or nggak kuat).

Cara apa yang cukup adem tapi OK?

Kampanye moral dan berkesinambungan, yang bermasalah memang moralnya ,politisi bermoral ‘diangkat’ n yang buruk di bombe’ (sangsi moral)_biar efek jeranya dapet_ sangi soaialnya gede gede aja sekalian..Sangsinya mulai dari sebelum pencalonan (biar parpolnya juga takut n selektif), saat jadi caleg, sampe jadi aleg (menjabat), dst. Rekayasa sosial…Sangsi sosialnya gmana ?? Yah…nanya, kreatif donk ! N inget, aksi national bro, perjuangan local terus, Indonesia g merdeka merdeka……

KATAKAN TIDAK, & BERANTAS

HARAPAN ITU MASIH ADA


SEMANGAT

Menapaki langkah langkah berduri
Menyusuri rawa lembah dan hutan
Berjalan di antara tebing jurang
Semua di lalui demi perjuangan
Melatih tubuh di dalam perjalanan
Saat hujan dan badai merauk di badan
Namun jiwa harus teru bertahan
Karena perjalanan masih panjang
Reff
Kami adalah tentara Allah
Iap melangkah menuju ke medan juang
Walau tertatih kaki ini berjalan
JIwa perindu syahid tak akan tergoyahkan
Wahai tentara Allah tertahanlah
Jangan menangis walau jasadmu terluka
Sebelum engkau bergelar syuhada
Tetaplah bertahan dan bersiap iagalah

KONSEP DIRI SEORANG MANUSIA

1. Hakikat penciptaan manusia.
 Asal kejadian manusia :
Dari segi penciptaannya, manusia adalah sebaik-baik penciptaan/ahsanut- taqwim (95:4).
(1) Dari tanah (turob, 3:59), tanah liat (lazib, 37:11), tanah kering dan lumpur hitam (shalshaal, 15:28), saripati tanah (23:12).
(2) Dari air yang hina (32:7-8), dari air yang dipancarkan (86:6-7), dari nuthfah (36:77).
 Dari ayat-ayat Al-Qur'an tersebut Allah mengingatkan manusia tentang asal kejadiannya (Adam) yaitu dari tanah dengan berbagai unsurnya, dan keturunannya diciptakan dari saripati tanah berupa air mani yang hina, sehingga sepantasnya manusia menyembah Allah yang telah menciptakannya dengan penuh ketawadhuan.

2. Kedudukan (tugas) manusia di dunia.
Tugas yang diemban manusia di muka bumi ini pada dasarnya ada dua, yakni tugas ibadah dan sebagai khalifah. Keduanya merupakan tugas yang besar, berbarengan dengan misi penciptaan manusia itu sendiri. Sungguh, kehadiran manusia di muka bumi ini tidak untuk main-main dan sendau gurau, tapi dengan satu kepastian arah serta tujuan (23:115 / 75:36). Tugas manusia memang tidaklah ringan , terbukti tak satupun makhluq berani mananggungnya (33:72).

(1) Sebagai hamba Allah
Tugas utama diciptakannya manusia adalah sebagai hamba Allah yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya Rabb yang disembah dan sebagai prioritas utama cinta kita.
Dalam QS 51:56 disebutkan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Segala aspek kehidupan seorang hamba Allah seharusnya dilakukan dalam rangka persembahannya kepada Allah SWT dengan niat hanya untuk mencapai keridhaan-Nya. Ibadah adalah segala amal (perbuatan) manusia yang semata-mata diniatkan untuk Allah dan sesuai dengan aturan yang telah digariskan oleh-Nya. Sedangkan hakekat ibadah adalah ketaatan dan ketundukan yang mutlak kepada Allah SWT. Oleh karena itu, segala sesuatu yang diperbuat seseorang karena ketaatan dan ketundukannya kepada Allah adalah ibadah.

(2) Sebagai khalifah di bumi
Kedudukan manusia sebagai wakil Allah di bumi untuk mewujudkan eksistensi Allah di bumi dengan memberi kontribusi mengatur bumi berdasarkan syari'at yang ditetapkan Allah (2:30, 6:65, 33:72), memanfaatkan kekayaan bumi dengan ketentuan Allah (11:61) dan berlaku adil demi kemaslahatan dan kebaikan (57:25, 38:26).
Tugas yang diemban manusia berkaitan dengan kekhalifahan ini amat berat. Syarat utamanya adalah beriman dan beramal saleh. Mereka memimpin peradaban di bumi ini dengan jalan menegakkan syariat secara adil, kemudian memakmurkan bumi Allah berdasarkan syariat tersebut. Tentu saja manusia yang diangkat sebagai pemimpin (khalifah) tersebut bukan berfungsi sebagai penguasa mutlaq, dan harus berbuat berdasarkan perintah yang mengangkatnya, bukan atas kemauan sendiri.
Tugas kekhalifahan ini berhubungan erat dengan tugas yang pertama, yakni ibadah (penyembahan). Kekhalifahan dimaksudkan untuk tegaknya "ubudiyah" secara total.Oleh karenanya , tugas mengemban syariat Allah di muka bumi serta pemakmuran bumi senantiasa terkait dengan pengabdian kepada Allah secara mutlaq. Dan kedua tugas tersebut kelak akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah atas pelaksanaan tugas-tugas tersebut.

QIYADAH UNTUK TEKNIK

Mengubah Cara Kita Memikirkan Teknik, dari Arah Kepemimpinan

Perubahan bersama yang terdepan, mengikuti arah yang mengarahkan. Ketika sebuah tujuan yang dicitakan tak sesuai kebutuhan, maka kami pun tak akan pernah menjadi seorang pemenang.
Mencoba untuk menganalisis berbagai pelajaran akhir-akhir ini, khususnya ketika kita ingin menetapkan sosok pemimpin bagi kelangsungan arah kelembagaan kita ke depan. Antusiasme ”masyarakat teknik” mendudukkan idolanya masing-masing. Idola, yang berusaha menjadikan yang terpilih, dengan sudut pandang kedekatan, kepentingan, maupun ketidakrelaan atas yang lainnya. Bukan berdasar rasionalitas dari kajian-kajian strategis atas kebutuhan bersama!
Kepemimpinan, sebagaimana selalu terbukti berulang-ulang dalam sejarah, memberikan porsi terbesar bagi masalah yang dihadapi setiap pergerakan .Namun kali ini, disini, kepemimpinan hanyalah sebuah permainan anak-anak pada kubangan lumpur hitam ,dan kadang-kadang dilumuri sedikit susu putih.
Idioligi, agama, nilai-nilai pengetahuan, dan sistem hanyalah kumpulan benda-benda mati sampai ia mendapatkan tiupan roh kehidupan dari para pemimpin. Kita dapat merumuskan ratusan solusi teknisi untuk krisis multidimensi kita, tetapi tidak satu pun dari solusi yang akan mengubah keadaan kita secara efektif kecuali bila dijalankan oleh pemimpin andal.
Kepemimpinan yang kuat dan baik tidaklah menjamin semua kesulitan kita selesai, tapi kepemimpinan yang kuat dan baik memastikan bahwa semua solusi strategis dan teknis yang kita rumuskan dapat bekerja secara benar dan efektif. Itulah kunci penyelesaian masalahnya. Tapi, itu pulalah kunci masalah kita; itulah krisis di balik semua krisis yang kita alami: krisis kepemimpinan.
Pemimpin adalah orang yang membuat sejarah. Namun tak semua pemimpin mampu membuaat sejarah, hanya mereka yang tahu bagaimana mengatakan hal yang tepat pada orang yang tepat, disaat yang tepat, untuk melakukan pekerjaan yang tepat. Yaitu mereka yang mampu melaksanakan kepemimpinan dengan efektif. Pada mulanya ada seorang pemimpin yang membawa sebuah cita2 tertentu, lalu sekelompok orang mengikutinya dimana arah gerakan mahasiswa menjadi ikatan sosialnya. Lalu merekapun berkiprah dalam sejarah dan dikenal karenanya.
Berusaha untuk dapat menjawab pertanyaan akan eksistensi gerakan kelembagaan teknik bersama kultur dan cita-citanya. Kita pun diperhadapkan pada realita akan kelemahan sosok-sosok kader intelektual. Ketika lembaga hanya dijadikan sebagai ajang pembelajaran ,maupun menjadi wadah untuk mengaktualisasikan diri , menunjukkan bahwa kita masih ada. Maka saya berani mengatakan bahwa kita hanyalah seorang pelajar yang berguru di kampus.
Berbicara mengenai tradisi/kultural keteknikan yang selama ini kita pertahankan, Arah kelembagaan hari ini semestinyalah menjadi masa-masa transisi, melihat dengan fikiran yang jernih, atas apa yang membedakan antara realita keteknikan pada masa dulu, dengan kebutuhan teknik saat ini, sehingga kita memerlukan kajian strategis yang baru.
Dalam masa transisi seperti ini, masyarakat teknik membutuhkan sense of direction (perasaan terarah), self confident (rasa percaya diri), dan pride (kebanggaan). Untuk memenuhi kebutuhan psiko-politik masa transisi itu, maka kita perlu menyusun sebuah rancangan strategi atas fungsi-fungsi kepemimpinan yang harusnya ada pada para pemimpin kita hari ini.
Pertama, fungsi direksi dan inspirasi. Para pemimpin transisi harus mampu merumuskan arah gerakan/kelembagaan kita secara jelas, sederhana, dan benar. Pada waktu yang sama, mereka juga harus mampu menginspirasi seluruh komponen pergerakan kita- kader, organisasi, dan arah- mereka yang sedang bingung dan gamang. Arah dimaksudkan untuk memberi kepastian kepada masyarakat kita, dan inspirasi diprlukan untuk membuat mereka lebih terlibat dengan arah tersebut. Seorang pemimpin yang visioner, sistematis, memiliki ”akal besar yang atletis’ yang mampu mencerna masalah-masalah kompleks dan menawarkan solusi-solusi jenius.
Kedua, fungsi pembangkit kekompakan (solidarity maker). Siapa yang bisa mengelak bahwa hari ini tubuh kita sendiri rawan akan perpecahan. Ketika kita mulai mencari hak/kepentingannya masing-masing, baik sebagai korban provokasi maupun sebagai provokator yang tak sadar. Tak jarang kita membangga-banggakan potensi kekuatan kita di luar sana. Padahal kita tak lebih dari lidi-lidi yang tak dapat berfungsi sebagai sapu, kecuali diikat dan disatukan oleh sang pemimpin. Komunikasi adalah gabungan antara kekayaan informasi, variasi bahasa, akurasi pesan, dan efektivitas. Hasilnya adalah pengaruh dan kendali atas orang lain. Jika kita tidak punya pengaruh dan kendali atas orang lain, carilah sebabnya !
Pada akhirnya, output komunikasi berupa pengaruh dan kendali hanya mungkin terlihat kalau input berupa sumber daya yang memadai. Informasi adalah sumber daya. Gagasan adalah sumber daya. Kemampuan diplomasi adalah sumber daya. Kemampuan merancang pesan yang akurat adalah sumber daya, dst. Sumber daya menentukan peluang kita merealisasikan idealisme kita.
Ketiga, kemampuan teknis. Persoalan-persoalan yang kita hadapi dalam masa transisi, terlalu rumit untuk diselesaikan melalui retorika semata. Harus ada kompetensi teknik-dalam bentuk ilmu pengetahuan dan keterampilan kepemimpinan-yang memadai untuk dapat menjalankan roda kepemimpinan secara efektif.
Keempat, integritas akhlaq dan kepribadian. Tiga fungsi di atas hanya akan menjadi efektif jika seorang pemimpin transisi memiliki integritas kepribadian. Dari sinilah datangnya kepercayaan publik terhadap pemimpin. Dalam masa transisi, tidak ada sesuatu yang lebih mahal yang dipertaruhkan seorang pemimpin selain dari kredibilitas dirinya di mata publik. Maka ketika kita merasa perlu untuk melakukan penokohan diri seorang pemimpin, kita perlu melakukan kajian strategis. Bahwa penokohan terjadi sebagai sebuah proses yang tidak sebentar. Bahwa penokohan bukan dimulai dengan menjadi pembicara pada berbagai kesempatan. Bahwa penokohan tidak hanya diawali dengan kata-kata bahwa andalah yang terbaik. Tapi , Penokohan adalah sebuah proses, sejauh mana kita mampu untuk menganalisis kebutuhan masyarakat kita, dan berusaha untuk dapat memberikan pelayanan semaksimal mungkin, hingga mereka pun menyadari dengan sendirinya, bahwa kitalah yang pantas menjadi pemimpin.
Keempat fungsi itulah yang sesunguhnya hilang dari figur kepemimpinan kita saat ini. Teknik kita melewati krisis berkepanjangan tanpa arah yang jelas karena pemimpin kita memang tidak menetapkan arah pergerakan kelembagaan kita. Kehidupan masyarakat teknik juga retak dan terancam pecah karena tidak menemukan pemimpin yang mampu merekatkan mereka. Berbagai hambatan yang dialami oleh kelembagaan kita hari ini pun tidak terselesaikan karena dikelola oleh pemimpin-pemimpin yang tidak berpengetahuan dan tidak memiliki kecakapan kepemimpinan.
Yang lebih parah dari itu semua, gerakan kita melewati masa krisis ini tanpa kepercayaan terhadap akhlak pemimpin kita. Pemimpin yang bukan hanya tidak berpengetahuan dan tidak kompeten, tetapi juga tidak dapat dipercaya secara moral.
Dalam memilih seorang pemimpin, kita akan melakukan suatu kesalahan besar jika dalam memilih pemimpin kita hanya memfokuskan diri pada criteria baik dan buruk atau ideal dan tidak ideal. Pandangan hitam putih ini niscaya melepaskan persepsi kita dari konteks perjalanan gerakan mahasiswa dan kebutuhan-kebutuhan yang spesifik akan lingkungan strategis eksternal tertentu. Begitu konteks ini lepas, yang terjadi kemudian adalah kita kehilangan ketepatan dalam memilah-milah kepentingan-kepentingan kita. Kita akan terjebak dalam pilihan-pilihan “kita” atau “mereka”, “kompromi” atau “tidak kompromi”.
Lalu apa yang salah dari krisis kepemimpinan ini, kita tak mencoba untuk menekan kontrak dengan pemimpin sebelumnya sebagai jaminan garansi kesinambungan. Yaitu keberhasilan seorang pemimpin ideal yang mampu menghasilkan satu kepemimpinan yang minimal setara dengannya.
Proses transformasi ini harus dikelola melalui sebuah strategi yang komprehensif dan integral. Diperlukan kajian-kajian pendukung untuk mendapatkan peta yang akurat tentang masyarakat kita. Setelah itu, diperlukan juga kajian-kajian pendukung dan ilmu komunikasi, sosial, dan politik
Lalu apakah semua ini berlebihan untuk lembaga kita saat ini???!!

Mksr, 230407
”Minazh hzulumati ilan nur”

SANG MUJAHID ‘SINGA’

(Sosok lain seorang pejuang…)

Seorang pemuda yang gagah perkasa berjalan dengan langkah yang mantap mencari Nabi hendak membunuhnya. Ia sangat membenci Nabi, dan agama baru yang dibawanya. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seseorang yang bernama Naim bin Abdullah yang menanyakan tujuan perjalanannya tersebut. Kemudian diceritakannya niatnya itu. Dengan mengejek, Naim mengatakan agar ia lebih baik memperbaiki urusan rumah tangganya sendiri terlebih dahulu. Seketika itu juga pemuda itu kembali ke rumah dan mendapatkan ipar lelakinya sedang asyik membaca kitab suci Al-Qur'an. Langsung sang ipar dipukul dengan ganas, pukulan yang tidak membuat ipar maupun adiknya meninggalkan agama Islam. Pendirian adik perempuannya yang teguh itu akhirnya justru menentramkan hatinya dan malahan ia memintanya membaca kembali baris-baris Al-Qur'an. Permintaan tersebut dipenuhi dengan senang hati. Kandungan arti dan alunan ayat-ayat Kitabullah ternyata membuat si pemuda itu begitu terpesonanya, sehingga ia bergegas ke rumah Nabi dan langsung memeluk agama Islam. Begitulah pemuda yang bernama Umar bin Khattab, yang sebelum masuk Islam dikenal sebagai musuh Islam yang berbahaya. Dengan rahmat dan hidayah Allah, Islam telah bertambah kekuatannya dengan masuknya seorang pemuda yang gagah perkasa. Ketiga bersaudara itu begitu gembiranya, sehingga mereka secara spontan mengumandangkan "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar). Gaungnya bergema di pegunungan di sekitarnya.

Umar masuk agama Islam pada usia 27 tahun. Beliau dilahirkan di Makkah, 40 tahun sebelum hijrah. Silsilahnya berkaitan dengan garis keturunan Nabi pada generasi ke delapan. Moyangnya memegang jabatan duta besar dan leluhurnya adalah pedagang. Ia salah satu dari 17 orang Makkah yang terpelajar ketika kenabian dianugerahkan kepada Muhammad SAW.

Dengan masuknya Umar ke dalam agama Islam, kekuatan kaum Muslimin makin bertambah tangguh. Ia kemudian menjadi penasehat utama Abu Bakar selama masa pemerintahan dua setengah tahun. Ketika Abu Bakar mangkat, ia dipilih menjadi khalifah Islam yang kedua, jabatan yang diembannya dengan sangat hebat selama sepuluh setengah tahun. Ia meninggal pada tahun 644 M, dibunuh selagi menjadi imam sembahyang di masjid Nabi. Pembunuhnya bernama Feroz alias Abu Lu'lu, seorang Majusi yang tidak puas.

Ajaran-ajaran Nabi telah mengubah suku-suku bangsa Arab yang suka berperang menjadi bangsa yang bersatu, dan merupakan suatu revolusi terbesar dalam sejarah manusia. Dalam masa tidak sampai 30 tahun, orang-orang Arab yang suka berkelana telah menjadi tuan sebuah kerajaan terbesar di waktu itu. Prajurit-prajuritnya melanda tiga benua terkenal di dunia, dan dua kerajaan besar Caesar (Romawi) dan Chesroes (Parsi) bertekuk lutut di hadapan pasukan Islam yang perkasa. Nabi telah meninggalkan sekelompok orang yang tidak mementingkan diri, yang telah mengabdikan dirinya kepada satu tujuan, yakni berbakti kepada agama yang baru itu. Salah seorang di antaranya adalah Umar al-Faruq, seorang tokoh besar, di masa perang maupun di waktu damai. Tidak banyak tokoh dalam sejarah manusia yang telah menunjukkan kepintaran dan kebaikan hati yang melebihi Umar, baik sebagai pemimpin tentara di medan perang, maupun dalam mengemban tugas-tugas terhadap rakyat serta dalam hak ketaatan kepada keadilan. Kehebatannya terlihat juga dalam mengkonsolidasikan negeri-negeri yang telah di taklukkan.

Islam sempat dituduh menyebarluaskan dirinya melalui ujung pedang. Tapi riset sejarah modern yang dilakukan kemudian membuktikan bahwa perang yang dilakukan orang Muslim selama kekhalifahan Khulafaurrosyidin adalah untuk mempertahankan diri.

Sejarawan Inggris, Sir William Muir, melalui bukunya yang termasyur, Rise, Decline and Fall of the Caliphate, mencatat bahwa setelah penaklukan Mesopotamia, seorang jenderal Arab bernama Zaid memohon izin Khalifah Umar untuk mengejar tentara Parsi yang melarikan diri ke Khurasan. Keinginan jenderalnya itu ditolak Umar dengan berkata, "Saya ingin agar antara Mesopotamia dan negara-negara di sekitar pegunungan-pegunungan menjadi semacam batas penyekat, sehingga orang-orang Parsi tidak akan mungkin menyerang kita. Demikian pula kita, kita tidak bisa menyerang mereka. Dataran Irak sudah memenuhi keinginan kita. Saya lebih menyukai keselamatan bangsaku dari pada ribuan barang rampasan dan melebarkan wilayah penaklukkan.

Umar adalah ahli strategi militer yang besar. Ia mengeluarkan perintah operasi militer secara mendetail. Pernah ketika mengadakan operasi militer untuk menghadapi kejahatan orang-orang Parsi, beliau yang merancang kopmposisi pasukan Muslim, dan mengeluarkan perintah dengan detailnya. Saat beliau menerima khabar hasil pertempurannya beliau ingin segera menyampaikan berita gembira atas kemenangan tentara kaum Muslimin kepada penduduk, lalu Khalifah Umar berpidato di hadapan penduduk Madinah: "Saudara-saudaraku! Aku bukanlah rajamu yang ingin menjadikan Anda budak. Aku adalah hamba Allah dan pengabdi hamba-Nya. Kepadaku telah dipercayakan tanggung jawab yang berat untuk menjalankan pemerintahan khilafah. Adalah tugasku membuat Anda senang dalam segala hal, dan akan menjadi hari nahas bagiku jika timbul keinginan barang sekalipun agar Anda melayaniku. Aku berhasrat mendidik Anda bukan melalui perintah-perintah, tetapi melalui perbuatan."

Pada tahun 634 M, pernah terjadi pertempuran dahsyat antara pasukan Islam dan Romawi di dataran Yarmuk. Pihak Romawi mengerahkan 300.000 tentaranya, sedangkan tentara Muslimin hanya 46.000 orang. Walaupun tidak terlatih dan berperlengkapan buruk, pasukan Muslimin yang bertempur dengan gagah berani akhirnya berhasil mengalahkan tentara Romawi. Sekitar 100.000 orang serdadu Romawi tewas sedangkan di pihak Muslimin tidak lebih dari 3000 orang yang tewas dalam pertempuran itu. Ketika Caesar diberitakan dengan kekalahan di pihaknya, dengan sedih ia berteriak: "Selamat tinggal Syria," dan dia mundur ke Konstantinopel.

Beberapa prajurit yang melarikan diri dari medan pertempuran Yarmuk, mencari perlindungan di antara dinding-dinding benteng kota Yerusalem. Kota dijaga oleh garnisun tentara yang kuat dan mereka mampu bertahan cukup lama. Akhirnya uskup agung Yerusalem mengajak berdamai, tapi menolak menyerah kecuali langsung kepada Khalifah sendiri. Umar mengabulkan permohonan itu, menempuh perjalanan di Jabia tanpa pengawalan dan arak-arakan kebesaran, kecuali ditemani seorang pembantunya. Ketika Umar tiba di hadapan uskup agung dan para pembantunya, Khalifah menuntun untanya yang ditunggangi pembantunya. Para pendeta Kristen lalu sangat kagum dengan sikap rendah hati Khalifah Islam dan penghargaannya pada persamaan martabat antara sesama manusia. Uskup agung dalam kesempatan itu menyerahkan kunci kota suci kepada Khalifah dan kemudian mereka bersama-sama memasuki kota. Ketika ditawari bersembahyang di gereja Kebaktian, Umar menolaknya dengan mengatakan: "Kalau saya berbuat demikian, kaum Muslimin di masa depan akan melanggar perjanjian ini dengan alasan mengikuti contoh saya." Syarat-syarat perdamaian yang adil ditawarkan kepada orang Kristen. Sedangkan kepada orang-orang Yahudi, yang membantu orang Muslimin, hak milik mereka dikembalikan tanpa harus membayar pajak apa pun.

Penaklukan Syria sudah selesai. Seorang sejarawan terkenal mengatakan: "Syria telah tunduk pada tongkat kekuasaan Khalifah, 700 tahun setelah Pompey menurunkan tahta raja terakhir Macedonia. Setelah kekalahannya yang terakhir, orang Romawi mengaku takluk, walaupun mereka masih terus menyerang daerah-daerah Muslimin. Orang Romawi membangun sebuah rintangan yang tidak bisa dilalui, antara daerahnya dan daerah orang Muslim. Mereka juga mengubah sisa tanah luas miliknya di perbatasan Asia menjadi sebuah padang pasir. Semua kota di jalur itu dihancurkan, benteng-benteng dibongkar, dan penduduk dipaksa pindah ke wilayah yang lebih utara. Demikianlah keadaannya apa yang dianggap sebagai perbuatan orang Arab Muslim yang biadab sesungguhnya hasil kebiadaban Byzantium." Namun kebijaksanaan bumi hangus yang sembrono itu ternyata tidak dapat menghalangi gelombang maju pasukan Muslimin. Dipimpin Ayaz yang menjadi panglima, tentara Muslim melewati Tarsus, dan maju sampai ke pantai Laut Hitam.

Menurut sejarawan terkenal, Baladhuri, tentara Islam seharusnya telah mencapai Dataran Debal di Sind. Tapi, kata Thabari, Khalifah menghalangi tentaranya maju lebih ke timur dari Mekran.

Suatu penelitian pernah dilakukan untuk menunjukkan faktor-faktor yang menentukan kemenangan besar operasai militer Muslimin yang diraih dalam waktu yang begitu singkat. Kita ketahui, selama pemerintahan khalifah yang kedua, orang Islam memerintah daerah yang sangat luas. Termasuk di dalamnya Syria, Mesir, Irak, Parsi, Khuzistan, Armenia, Azerbaijan, Kirman, Khurasan, Mekran, dan sebagian Baluchistan. Pernah sekelompok orang Arab yang bersenjata tidak lengkap dan tidak terlatih berhasil menggulingkan dua kerajaan yang paling kuat di dunia. Apa yang memotivasikan mereka? Ternyata, ajaran Nabi SAW. telah menanamkan semangat baru kepada pengikut agama baru itu. Mereka merasa berjuang hanya demi Allah semata. Kebijaksanaan khalifah Islam kedua dalam memilih para jenderalnya dan syarat-syarat yang lunak yang ditawarkan kepada bangsa-bangsa yang ditaklukan telah membantu terciptanya serangkaian kemenangan bagi kaum Muslimin yang dicapai dalam waktu sangat singkat.

Bila diteliti kitab sejarah Thabari, dapat diketahui bahwa Umar al-Faruq, kendati berada ribuan mil dari medan perang, berhasil menuntun pasukannya dan mengawasi gerakan pasukan musuh. Suatu kelebihan anugerah Allah yang luar biasa. Dalam menaklukan musuhnya, khalifah banyak menekankan pada segi moral, dengan menawarkan syarat-syarat yang lunak, dan memberikan mereka segala macam hak yang bahkan dalam abad modern ini tidak pernah ditawarkan kepada suatu bangsa yang kalah perang. Hal ini sangat membantu memenangkan simpati rakyat, dan itu pada akhirnya membuka jalan bagi konsolidasi administrasi secara efisien. Ia melarang keras tentaranya membunuh orang yang lemah dan menodai kuil serta tempat ibadah lainnya. Sekali suatu perjanjian ditandatangani, ia harus ditaati, yang tersurat maupun yang tersirat.

Berbeda dengan tindakan penindasan dan kebuasan yang dilakukan Alexander, Caesar, Atilla, Ghengiz Khan, dan Hulagu. Penaklukan model Umar bersifat badani dan rohani.

Ketika Alexander menaklukan Sur, sebuah kota di Syria, dia memerintahkan para jenderalnya melakukan pembunuhan massal, dan menggantung seribu warga negara terhormat pada dinding kota. Demikian pula ketika dia menaklukan Astakher, sebuah kota di Parsi, dia memerintahkan memenggal kepala semua laki-laki. Raja lalim seperti Ghengiz Khan, Atilla dan Hulagu bahkan lebih ganas lagi. Tetapi imperium mereka yang luas itu hancur berkeping-keping begitu sang raja meninggal. Sedangkan penaklukan oleh khalifah Islam kedua berbeda sifatnya. Kebijaksanaannya yang arif, dan administrasi yang efisien, membantu mengonsolidasikan kerajaannya sedemikian rupa. Sehingga sampai masa kini pun, setelah melewati lebih dari 1.400 tahun, negara-negara yang ditaklukannya masih berada di tangan orang Muslim. Umar al-Faruk sesungguhnya penakluk terbesar yang pernah dihasilkan sejarah.

Sifat mulia kaum Muslimin umumnya dan Khalifah khususnya, telah memperkuat kepercayaan kaum non Muslim pada janji-janji yang diberikan oleh pihak Muslimin. Suatu ketika, Hurmuz, pemimpin Parsi yang menjadi musuh bebuyutan kaum Muslimin, tertawan di medan perang dan di bawa menghadap Khalifah di Madinah. Ia sadar kepalanya pasti akan dipenggal karena dosanya sebagai pembunuh sekian banyak orang kaum Muslimin. Dia tampaknya merencanakan sesuatu, dan meminta segelas air. Permohonannya dipenuhi, tapi anehnya ia tidak mau minum air yang dihidangkan. Dia rupanya merasa akan dibunuh selagi mereguk minuman, Khalifah meyakinkannya, dia tidak akan dibunuh kecuali jika Hurmuz meminum air tadi. Hurmuz yang cerdik seketika itu juga membuang air itu. Ia lalu berkata, karena dia mendapatkan jaminan dari Khalifah, dia tidak akan minum air itu lagi. Khalifah memegang janjinya. Hurmuz yang terkesan dengan kejujuran Khalifah, akhirnya masuk Islam.

Khalifah Umar pernah berkata, "Kata-kata seorang Muslim biasa sama beratnya dengan ucapan komandannya atau khalifahnya." Demokrasi sejati seperti ini diajarkan dan dilaksanakan selama kekhalifahan ar-rosyidin hampir tidak ada persamaannya dalam sejarah umat manusia. Islam sebagai agama yang demokratis, seperti digariskan Al-Qur'an, dengan tegas meletakkan dasar kehidupan demokrasi dalam kehidupan Muslimin, dan dengan demikian setiap masalah kenegaraan harus dilaksanakan melalui konsultasi dan perundingan. Nabi SAW. sendiri tidak pernah mengambil keputusan penting tanpa melakukan konsultasi. Pohon demokrasi dalam Islam yang ditanam Nabi dan dipelihara oleh Abu Bakar mencapai puncaknya pada jaman Khalifah Umar. Semasa pemerintahan Umar telah dibentuk dua badan penasehat. Badan penasehat yang satu merupakan sidang umum yang diundang bersidang bila negara menghadapi bahaya. Sedang yang satu lagi adalah badan khusus yang terdiri dari orang-orang yang integritasnya tidak diragukan untuk diajak membicarakan hal rutin dan penting. Bahkan masalah pengangkatan dan pemecatan pegawai sipil serta lainnya dapat dibawa ke badan khusus ini, dan keputusannya dipatuhi.

Umar hidup seperti orang biasa dan setiap orang bebas menanyakan tindakan-tindakannya. Suatu ketika ia berkata: "Aku tidak berkuasa apa pun terhadap Baitul Mal (harta umum) selain sebagai petugas penjaga milik yatim piatu. Jika aku kaya, aku mengambil uang sedikit sebagai pemenuh kebutuhan sehari-hari. Saudara-saudaraku sekalian! Aku abdi kalian, kalian harus mengawasi dan menanyakan segala tindakanku. Salah satu hal yang harus diingat, uang rakyat tidak boleh dihambur-hamburkan. Aku harus bekerja di atas prinsip kesejahteraan dan kemakmuran rakyat."

Suatu kali dalam sebuah rapat umum, seseorang berteriak: "O, Umar, takutlah kepada Tuhan." Para hadirin bermaksud membungkam orang itu, tapi Khalifah mencegahnya sambil berkata: "Jika sikap jujur seperti itu tidak ditunjukan oleh rakyat, rakyat menjadi tidak ada artinya. Jika kita tidak mendengarkannya, kita akan seperti mereka." Suatu kebebasan menyampaikan pendapat telah dipraktekan dengan baik.

Ketika berpidato suatu kali di hadapan para gubernur, Khalifah berkata: "Ingatlah, saya mengangkat Anda bukan untuk memerintah rakyat, tapi agar Anda melayani mereka. Anda harus memberi contoh dengan tindakan yang baik sehingga rakyat dapat meneladani Anda."

Pada saat pengangkatannya, seorang gubernur harus menandatangani pernyataan yang mensyaratkan bahwa "Dia harus mengenakan pakaian sederhana, makan roti yang kasar, dan setiap orang yang ingin mengadukan suatu hal bebas menghadapnya setiap saat." Menurut pengarang buku Futuhul-Buldan, di masa itu dibuat sebuah daftar barang bergerak dan tidak bergerak begitu pegawai tinggi yang terpilih diangkat. Daftar itu akan diteliti pada setiap waktu tertentu, dan penguasa tersebut harus mempertanggung-jawabkan terhadap setiap hartanya yang bertambah dengan sangat mencolok. Pada saat musim haji setiap tahunnya, semua pegawai tinggi harus melapor kepada Khalifah. Menurut penulis buku Kitab ul-Kharaj, setiap orang berhak mengadukan kesalahan pejabat negara, yang tertinggi sekalipun, dan pengaduan itu harus dilayani. Bila terbukti bersalah, pejabat tersebut mendapat ganjaran hukuman.

Muhammad bin Muslamah Ansari, seorang yang dikenal berintegritas tinggi, diangkat sebagai penyelidik keliling. Dia mengunjungi berbagai negara dan meneliti pengaduan masyarakat. Sekali waktu, Khalifah menerima pengaduan bahwa Sa'ad bin Abi Waqqash, gubernur Kufah, telah membangun sebuah istana. Seketika itu juga Umar memutus Muhammad Ansari untuk menyaksikan adanya bagian istana yang ternyata menghambat jalan masuk kepemukiman sebagian penduduk Kufah. Bagian istana yang merugikan kepentingan umum itu kemudian dibongkar. Kasus pengaduan lainnya menyebabkan Sa'ad dipecat dari jabatannya.

Seorang sejarawan Eropa menulis dalam The Encyclopedia of Islam: "Peranan Umar sangatlah besar. Pengaturan warganya yang non-Muslim, pembentukan lembaga yang mendaftar orang-orang yang mendapat hak untuk pensiun tentara (divan), pengadaan pusat-pusat militer (amsar) yang dikemudian hari berkembang menjadi kota-kota besar Islam, pembentukan kantor kadi (qazi), semuanya adalah hasil karyanya. Demikian pula seperangkat peraturan, seperti sembahyang tarawih di bulan Ramadhan, keharusan naik haji, hukuman bagi pemabuk, dan hukuman pelemparan dengan batu bagi orang yang berzina."

Khalifah menaruh perhatian yang sangat besar dalam usaha perbaikan keuangan negara, dengan menempatkannya pada kedudukan yang sehat. Ia membentuk "Diwan" (departemen keuangan) yang dipercayakan menjalankan administrasi pendapatan negara.

Pendapatan persemakmuran berasal dari sumber :

Zakat atau pajak yang dikenakan secara bertahap terhadap Muslim yang berharta. Kharaj atau pajak bumi Jizyah atau pajak perseorangan. Dua pajak yang disebut terakhir, yang membuat Islam banyak dicerca oleh sejarawan Barat, sebenarnya pernah berlaku di kerajaan Romawi dan Sasanid (Parsi). Pajak yang dikenakan pada orang non Muslim jauh lebih kecil jumlahnya dari pada yang dibebankan pada kaum Muslimin. Khalifah menetapkan pajak bumi menurut jenis penggunaan tanah yang terkena. Ia menetapkan 4 dirham untuk satu Jarib gandum. Sejumlah 2 dirham dikenakan untuk luas tanah yang sama tapi ditanami gersb (gandum pembuat ragi). Padang rumput dan tanah yang tidak ditanami tidak dipungut pajak. Menurut sumber-sumber sejarah yang dapat dipercaya, pendapatan pajak tahunan di Irak berjumlah 860 juta dirham. Jumlah itu tak pernah terlampaui pada masa setelah wafatnya Umar.

Ia memperkenalkan reform (penataan) yang luas di lapangan pertanian, hal yang bahkan tidak terdapat di negara-negara berkebudayaan tinggi di zaman modern ini. Salah satu dari reform itu ialah penghapusan zamindari (tuan tanah), sehingga pada gilirannya terhapus pula beban buruk yang mencekik petani penggarap. Ketika orang Romawi menaklukkan Syria dan Mesir, mereka menyita tanah petani dan membagi-bagikannya kepada anggota tentara, kaum ningrat, gereja, dan anggota keluarga kerajaan.

Sejarawan Perancis mencatat: "Kebijaksanaan liberal orang Arab dalam menentukan pajak dan mengadakan land reform sangat banyak pengaruhnya terhadap berbagai kemenangan mereka di bidang kemiliteran."

Ia membentuk departemen kesejahteraan rakyat, yang mengawasi pekerjaan pembangunan dan melanjutkan rencana-rencana. Sejarawan terkenal Allamah Maqrizi mengatakan, di Mesir saja lebih dari 20.000 pekerja terus-menerus dipekerjakan sepanjang tahun. Sejumlah kanal di bangun di Khuzistan dan Ahwaz selama masa itu. Sebuah kanal bernama "Nahr Amiril Mukminin," yang menghubungkan Sungai Nil dengan Laut Merah, dibangun untuk menjamin pengangkutan padi secara cepat dari Mesir ke Tanah Suci.

Selama masa pemerintahan Umar diadakan pemisahan antara kekuasaan pengadilan dan kekuasaan eksekutif. Von Hamer mengatakan, "Dahulu hakim diangkat dan sekarang pun masih diangkat. Hakim ush-Shara ialah penguasa yang ditetapkan berdasarkan undang-undang, karena undang-undang menguasai seluruh keputusan pengadilan, dan para gubernur dikuasakan menjalankan keputusan itu. Dengan demikian dengan usianya yang masih sangat muda, Islam telah mengumandangkan dalam kata dan perbuatan, pemisahan antara kekuasaan pengadilan dan kekuasaan eksekutif." Pemisahan seperti itu belum lagi dicapai oleh negara-negara paling maju, sekalipun di zaman modern ini.

Umar sangat tegas dalam penegakan hukum yang tidak memihak dan tidak pandang bulu. Suatu ketika anaknya sendiri yang bernama Abu Syahma, dilaporkan terbiasa meminum khamar. Khalifah memanggilnya menghadap dan ia sendiri yang mendera anak itu sampai meninggal. Cemeti yang dipakai menghukum Abu Syahma ditancapkan di atas kuburan anak itu.

Kebesaran Khalifah Umar juga terlihat dalam perlakuannya yang simpatik terhadap warganya yang non Muslim. Ia mengembalikan tanah-tanah yang dirampas oleh pemerintahan jahiliyah kepada yang berhak yang sebagian besar non Muslim. Ia berdamai dengan orang Kristen Elia yang menyerah. Syarat-syarat perdamaiannya ialah: "Inilah perdamaian yang ditawarkan Umar, hamba Allah, kepada penduduk Elia. Orang-orang non Muslim diizinkan tinggal di gereja-gereja dan rumah-rumah ibadah tidak boleh dihancurkan. Mereka bebas sepenuhnya menjalankan ibadahnya dan tidak dianiaya dengan cara apa pun." Menurut Imam Syafi'i ketika Khalifah mengetahui seorang Muslim membunuh seorang Kristen, ia mengijinkan ahli waris almarhum menuntut balas. Akibatnya, si pembunuh dihukum penggal kepala.

Khalifah Umar juga mengajak orang non Muslim berkonsultasi tentang sejumlah masalah kenegaraan. Menurut pengarang Kitab al-Kharaj, dalam wasiatnya yang terakhir Umar memerintahkan kaum Muslimin menepati sejumlah jaminan yang pernah diberikan kepada non Muslim, melindungi harta dan jiwanya, dengan taruhan jiwa sekalipun. Umar bahkan memaafkan penghianatan mereka, yang dalam sebuah pemerintahan beradab di zaman sekarang pun tidak akan mentolerirnya. Orang Kristen dan Yahudi di Hems bahkan sampai berdoa agar orang Muslimin kembali ke negeri mereka. Khalifah memang membebankan jizyah, yaitu pajak perlindungan bagi kaum non Muslim, tapi pajak itu tidak dikenakan bagi orang non Muslim, yang bergabung dengan tentara Muslimin.

Khalifah sangat memperhatikan rakyatnya, sehingga pada suatu ketika secara diam-diam ia turun berkeliling di malam hari untuk menyaksikan langsung keadaan rakyatnya. Pada suatu malam, ketika sedang berkeliling di luar kota Madinah, di sebuah rumah dilihatnya seorang wanita sedang memasak sesuatu, sedang dua anak perempuan duduk di sampingnya berteriak-teriak minta makan. Perempuan itu, ketika menjawab Khalifah, menjelaskan bahwa anak-anaknya lapar, sedangkan di ceret yang ia jerang tidak ada apa-apa selain air dan beberapa buah batu. Itulah caranya ia menenangkan anak-anaknya agar mereka percaya bahwa makanan sedang disiapkan. Tanpa menunjukan identitasnya, Khalifah bergegas kembali ke Madinah yang berjarak tiga mil. Ia kembali dengan memikul sekarung terigu, memasakkannya sendiri, dan baru merasa puas setelah melihat anak-anak yang malang itu sudah merasa kenyang. Keesokan harinya, ia berkunjung kembali, dan sambil meminta maaf kepada wanita itu ia meninggalkan sejumlah uang sebagai sedekah kepadanya.

Khalifah yang agung itu hidup dengan cara yang sangat sederhana. Tingkat kehidupannya tidak lebih tinggi dari kehidupan orang biasa. Suatu ketika Gubernur Kufah mengunjunginya sewaktu ia sedang makan. Sang gubernur menyaksikan makanannya terdiri dari roti gersh dan minyak zaitun, dan berkata, "Amirul mukminin, terdapat cukup di kerajaan Anda; mengapa Anda tidak makan roti dari gandum?" Dengan agak tersinggung dan nada murung, Khalifah bertanya, "Apakah Anda pikir setiap orang di kerajaanku yang begitu luas bisa mendapatkan gandum?" "Tidak," Jawab gubernur. "Lalu, bagaimana aku dapat makan roti dari gandum? Kecuali bila itu bisa dengan mudah didapat oleh seluruh rakyatku." Tambah Umar.

Dalam kesempatan lain Umar berpidato di hadapan suatu pertemuan. Katanya, "Saudara-saudara, apabila aku menyeleweng, apa yang akan kalian lakukan?" Seorang laki-laki bangkit dan berkata, "Anda akan kami pancung." Umar berkata lagi untuk mengujinya, "Beranikah anda mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan seperti itu kepadaku?" "Ya, berani!" jawab laki-laki tadi. Umar sangat gembira dengan keberanian orang itu dan berkata, "Alhamdulillah, masih ada orang yang seberani itu di negeri kita ini, sehingga bila aku menyeleweng mereka akan memperbaikiku."

Seorang filosof dan penyair Muslim tenar dari India menulis nukilan seperti berikut untuk dia:Jis se jigar-i-lala me thandak ho who shabnam Daryaan ke dil jis se dabel jaen who toofan

Seperti embun yang mendinginkan hati bunga lily, dan bagaikan topan yang menggelagakkan dalamnya sungai.

Sejarawan Kristen Mesir, Jurji Zaidan terhadap prestasi Umar berkomentar: "Pada zamannya, berbagai negara ia taklukkan, barang rampasan kian menumpuk, harta kekayaan raja-raja Parsi dan Romawi mengalir dengan derasnya di hadapan tentaranya, namun dia sendiri menunjukkan kemampuan menahan nafsu serakah, sehingga kesederhanaannya tidak pernah ada yang mampu menandingi. Dia berpidato di hadapan rakyatnya dengan pakaian bertambalkan kulit hewan. Dia mempraktekkan satunya kata dengan perbuatan. Dia mengawasi para gubernur dan jenderalnya dengan cermat dan dengan cermat pula menyelidiki perbuatan mereka. Bahkan Khalid bin Walid yang perkasa pun tidak terkecuali. Dia berlaku adil kepada semua orang, dan bahkan juga bagi orang non-Muslim. Selama masa pemerintahannya, disiplin baja diterapkan secara utuh."

Entah berapa tahun sudah usia ( kesannya berbeda dengan umur, karna usia lebih terkesan tua) teknik kini (ketika eksistensinya pun terkesan dipertanyakan dari pada dibanggakan kepada orang-orang yang diharapkan dapat mengembalikan kejayaannya) bersama dengan kehidupan lembaga kemahasiswaannya. Teknik kita yang tercinta kini sedang berjuang mengembalikan semua julukan kerennya (We Are The Champions) di tengah tantangan masa, dari negara hingga oknum-oknumnya (mahasiswa). Ketika yang terkenal dari kita hanyalah kekuatan fisik, keberanian lapangan, atau pun kuantitas massanya. Lalu apa yang salah dengan semua keadaan ini? Apa masalahnya????? Kali ini saya akan mencoba sedikit memaparkan atas apa yang saya ketahui tentang teknik kita....

Pertama, pengkaderan kita. Mungkin saya bukan termasuk orang yang mudah peka dan mampu menemukan berbagai hikmah konkrit dalam setiap prosesi pengkaderan kita. Lebih-lebih ketika saya berfikir bahwa mungkinkah kita mahasiswa teknik yang kreatif mampu menemukan cara baru untuk menghasilkan regenerasi kaum intelektual muda yang mempu “bergerak”. Atau mungkin bukannya tidak mampu, tetapi lebih tepatnya tidak mau??? Saya harap suatu saat saya tahu apa sebabnya hingga akhirnya kita temukan solusinya.

Yah, SOLUSI !!! Suatu kata yang cukup sulit kita temukan ketika mendengar kritikan atas berbagai kebijakan. Sebuah sikap kritis tanpa perimbangan solusi. Walaupun kita masih tetap bisa melakukan pembelaan dengan berapologi bahwa begitulah harga proses kritisisasi pemikiran mahasiswa perubahan. Dengan jiwa muda yang kita miliki siap bergerak / “diminta bargerak” demi idealisme ,namun sayangnya tak jarang menumbuhkan persepsi untuk “Tolak” semua kebijakan yang ada yang dianggap tidak sesuai dengan hati kita, tanpa rasionalisasi untuk memikirkan sebagaimana yang dipikirkan oleh para birokrat/pemerintah hingga kita pun dapat memberikan solusi yang dapat diterima oleh akal mereka.

Ketika birokrasi kampus kita mengeluarkan suatu “kebijakan” yang katanya dengan niat baik memperbaiki citra kampus, jelas kita sebagai pemilik kultur teknik yang merasa akan digusur dari amanah penjagaan pintu masuk teknik, jelas meNolak. Hingga akhirnya kita pun diPaksa untuk mengikuti kemauan bapak-bapak pejabat kampus kita, Kenapa cara diplomasi tidak mampu kita atasi??? Mungkinkah karna kita pun tidak dapat memberi solusi konkret bagi kemajuan kampus kita ini? Bertanyalah apa yang telah kita berikan untuknya. Ternyata proses pengkaderan kita kurang mampu menghasilkan keluaran-keluaran yang mampu melakukan kompentisi intelektualisme,setidaknya mampu menjadi kritikus bersama solusinya , walaupun hanya untuk dikampus tercinta.

Saya juga masih ingat dengan kejadian salah satu aksi “kita” di dilapangan merah untuk menyuarakan pembelaan kita pada kasus PMB. Aksi yang cukup tertib dan adem, seadem temen2 yang berlindung dari panas ketika yang lain berorasi di depan . Kemampuan orasi yang masih terbata-bata dengan kata khas yang selalu keluar (hm.......e......dsb) , serta rasionalisasi tindakan aksi yang terkesan berulang-ulang dari satu orator ke orator lainnya. Apa mungkin kita kurang melakukan kajian strategis terhadap berbagai persoalan?? Yang merasa dilarang tersinggung, Just intermezzo

Dan sekarang, dicari !!! Ana’ ana’ teknik yang setidaknya memenuhi lima kompetensi gerakan kekinian kita, pertama pengetahuan dasar yang kuat dan luas, wawasan makro eksternal (dari kekampusan hingga kebangsaan) , kepakaran dan profesionalitas intelektualisme gerakan, jaringan yang luas dan kepemimpinan yang “tangguh” , hingga kemampuan menyampaikan gagasan pada orang lain dengan penguasaan komunikasi massa. Semoga kita dapat merancangnya dalam suatu ajang pengkaderan kita kedepan.

Berikutnya, Kritik plus kesadaran mendasar pada gerakan kita saat ini adalah ekspresi reaksioner kita terhadap berbagai isu sekitar kita( isu – isu kemasyarakatan / nasional). Bentuk reaksioner ini mengindikasikan bahwa gerakan kita tidak memiliki agenda atau hanya sekedar pengkonsumsi berita/isu. Atau mungkin ruang gerak kita hanya terbatas pada fungsi pengabdian pada lembaga mahasiswa kita ?! lalu dimanakah peran kita sebagai mahasiswa indonesia ?

Ketika isu-isu nasional telah mulai memanaskan pikiran para mahasiswa lain di luar sana untuk sgera menyusun strategi gerakan, ternyata kita masih ada di kampus ini untuk membahas masalah – masalah kuliah, perbedaan idiologi, aturan – aturan organisasi , strategi penjagaan kultur keteknikan (maaf, sebenarnya saya sendiri mungkin belum begitu mengenal teknik kita ini, karna mungkin usia 4 semester masih jauh dari pengalaman mengenal mayoritas kehidupan kita di teknik) , dsb.

Saya fikir mungkin wajar saja kita kehilangan eksistensi sebagai mahasiswa pergerakan, karna akses informasi isu kita masih sangat terbatas. Kecuali mungkin bagi mereka yang juga memiliki aktivitas ekstra lembaga mahasiswa teknik, dengan berbagai gerakan kajian strategis atas berbagai persoalan baru / yang diperbarui sebagai bagian dari strategi penciptaan wacana publik. Inilah yang menimbulkan kesenjangan pembelajaran kita yang hanya mengabdi pada lembaga tanpa ada pembelajaran lain dari berbagai jaringan.

Saya ingat kembali ketika kampus Unhas kita bersama beberapa lembaga mahasiswa lainnya yang berkomitment untuk bersama membangun kempus kita, “melebur” dalam pemilu raya Lembaga Mahasiswa Unhas ( BEM UH ). Satu lagi pembelajaran yang saya dapat tentang teknik kita, entah salah atau benar menurut yang lainnya. Bahwa ketakutan kita / perlawanan kita terhadap eksistensi pejabat-pejabat birokrasi kampus teradap gerakan kemahasiswaan kita yang independen akan dapat mereka tunggangi , menjadi alasan penolakan kita atas adanya Lema UH ( itu alasan yang saya terima dari seorang kanda senior ). Saya berfikir, kenapa kita bisa takut dengan hal itu? ,padahal ketika justru kita antusias dengan segala rancangan strategi untuk tetap ikut bahkan kita pun sebagai fakultas terbesar (kuantitas) dapat menjadi pemimpin / pemegang lema itu sendiri. Yang dengan kekuasaannya yang tidak hanya berada di posisi pemimpin namun juga pada wilayah-wilayah strategis ,kita pun dapat menyiasati segala upaya penunggangan itu. Kecuali, kita akhirnya mengakui bahwa para pemikir – pemikir kita memang masih sangat kurang cerdas dalam hal tersebut. Dan menurut saya, salah satu implementasi dari tidak ikut terjunnya kita pada wilayah itu, menjadikan proses pembelajaran / pencerdasan strategi kita pada fungsi penggerak maupun orang yang bergerak masih sangat kurang, hingga hanya terfokus pada masalah-masalah internal.

Ketika kita juga dimarakkan oleh hiruk pikuk berita "BHP" yang sebenarnya ini bukanlah berita baru. Teman-teman kita diluar sana mungkin saja saat ini sedang membahas tentang solusi-solusi yang akan ditawarkan untuk pemerintah or minimal gerakan antisipatif yang bisa kita lakukan, sementara kita untuk sosialisasi pun belum untuk masyarakat teknik kita, mungkin hanya pembesar-pembesar kita yang sering ke POMD saja yang tau. Lalu kira-kira mungkinkah kita akan menjadi bagian dari kerja-kerja perubahan bangsa?!

Katika berbagai kebijakan birokrasi kampus maupun pemerintah mulai menyulut tanggapan kritis dari masyarakat dan protes dari mahasiswa. Beberapa kali kita menyaksikan sejumlah mahasiswa di beberapa kampus terkemuka di tanah air melakukan protes . Tapi, dimanakah kaum-kaum intelektual Teknik Unhas saat ini?

lanjut, mungkinkah kita korban kapitalisme ??? Menjadi korban pelaksana, korban peradaban dunia masa kini, bahkan mungkin untuk sebagian kita menjadi korban yang tak sadar bahwa ia sedang jadi korban. Maka semakin komplekslah problematika kekinian kita. Inilah problematika kekinian kita yang benar-benar memerlukan kesadaran yang luar biasa dari individu-individu kita sendiri. Kepada kita semua yang merasa sadar, ayo bangkit !!!

Gaya hidup hura-hura alias pesta. Kita menyaksikan semakin menguatnya unsur hiburan (entertainment) dalam kegiatan kampus kita. Menurut pengamatan saya, pergeseran aktivisme kemahasiswaan di kampus-kampus di tanah air baru terasa pasca-1998 dan kian menguat sejak 2000. Sebelumnya mungkin belum pernah terjadi seperti akhir-akhir ini. Kini begitu sering kita menyaksikan mahasiswa menggelar acara gebyar musik kampus atau konser-konser musik yang didukung iklan konsumsi massa seperti rokok dan industri otomotif.

Dengan dalih kreatifnya mungkin , kita menyelenggarakan acara-acara pesta bukan hanya sebagai selingan kegiatan kita , tapi bahkan menjadi acara inti. Bahkan menjadi acara-acara besar yang digandrungi kita – kita yang merasa perlu jadi orang keren or gaul . Mungkin dapat kita katakan sebagai masyarakat hedonist.

Lalu yang menambah semakin kompleksnya problematika kekinian kita adalah ................., pertanyaan mendasar, kemana tempat nongkrongnya ana’-ana’ teknik sepulang / disela aktivitas akademiknya ?! Poligon (or bawah pohon) , Jastek , Jasbog , Ma’ce - ma’ce , atau sudah langsung keluar kampus , mall , bioskop , dan seterusnya , atau sekedar ke studio angkatan membicarakan masalah masalah film , cinta , keuangan , or gosip – gosip lainnya yang dilakoni oleh bintang – bintang kampus ampe selebrity tingkat dunia ?! Atau ada yang lebih keren lagi , tempat yang mestinya menjadi tempat nongkrongnya kaum – kaum intelektulnya kita , POMD , menjadi bangunan multi fungsi ( sebagai tempat rapat , nonton televisi , mendengarkan musik favorit dari rock hingga dangdut dengan volume “getarkan dunia” , atau sekedar tidur tempat pengusir lelah seusai studio , atau bahkan kini menjadi sekedar ramai pada persiapan – persiapan inaugurasi dsb) . Bahkan untuk itu mereka pun masih betah berada di tempai itu (POMD) dengan limpahan sampahnya yang tak terurus (walaupun kita telah mempelajari pengetahuan lingkungan dsb) .

Saya lupa pernah dengar dari siapa, bahwa ternyata pada masa – masa sebelumnya , tempat itu pernah menjadi saksi ramainya antusiasme mahasiswa dalam berbagai forum diskusi / kajian . Apakah kini dan untuk selamanya hal itu hanya menjadi kenangan? . Apakah karna zaman telah berubah seiring dengan permasalahan baru yang lebih ngetrend plus penyelesaiannya?! Atau karna kita pun terjangkit dengan fenomena melempemnya pergerakan mahasiswa pasca reformasi yang terlihat seperti kehilangan roh , terjangkit yang berkepanjangan . Atau mungkinkah karna tidak ada lagi persoalan – persoalan yang pantas kita diskusikan bersama ? Atau mungkin juga kita telah kehilangan kepekaan sebagai seorang mahasiswa.

Kini Sang bintang kampus bukanlah mereka yang mampu secara lantang menyuarakan aspirasinya . Kini Sang bintang kampus bukanlah mereka yang memiliki tingkat akademis super . Kini Sang bintang kampus bukanlah mereka yang memiliki manuver – manuver pemikiran strategis bagi eksistensi status agen of change (agen perubah) –nya . Bahkan kini mereka telah digantikan dengan sang bintang basket , band , selebriti lokal hingga mancanegara.

Bahkan mungkin di satu sisi, kita para intelektual ingin seperti artis dan selebritis. Di sisi lain, para artis pun ingin kelihatan seperti intelektual, yang menjadi impian kita (mahasiswa) di pentas hiburan dan konsumsi massa.

Trus, kita juga menyaksikan sekarang ini kampus kita terkesan semakin sesak dan kehilangan kesunyiannya sebagai tempat untuk belajar yang sesungguhnya memerlukan suasana tenang. Ada kesan kuat yang terasa bahwa kantin, ruang kuliah, dan halaman parkir di kampus-kampus ternama di Indonesia sekarang ini terasa semakin sesak. Sementara ironi nasib perpustakaan, tetap saja lengang pengunjung dan sepi buku baru.

Hal-hal semacam inilah barangkali cermin kontradiksi dari dunia keteknikan kita akhir-akhir ini, ketika ruang-ruang pemekaran imajinasi, inspirasi, dan kreativitas mahasiswa semakin menyempit, sementara ajang-ajang kreativitas mahasiswa terus dikudeta oleh logika budaya kapitalisme.

Hari ini, saya sebagai salah satu mahasiswa yang baru kurang lebih 4 semester menjadi bagian dari mahasiswa teknik, berharap mungkinkah saya , kami, anda dan kita semua dapat kembali membangun teknik dengan segala tantangan dan rasionalitas kekinian.

Saya akhiri tulisan ini dengan sebuah cita yang pernah ditorehkan dalam sebuah lirik lagu (Teknik Song) Teknik Adalah

Aku banyak bangga karna lagu teknik

Aku bisa nampang terus karna lagu teknik

Aku jadi ikut buntu gara-gara teknik

Aku bisa segalanya hanya karna teknik

T artinya Taat dan Taqwa

E artinya Emang pintar

K artinya Kuat dan rewa

N artinya Ninjanya Unhas

I artinya Ilmu yang utama

K artinya Kuat donk yeah

Teknik 5X bukan sembarang teknik

Teknik 5X Bukan teknik kalasi

Teknik 5X Membrantas korupsi

Teknik 5X Rajanya singa

Teknik 5X Memang itu yang tercanggih

Teknik 5X tolo’nya Unhas

(Mohon maaf kepada kanda-kanda zenior, jika ada kesalahan lirik lagu. Dan semoga kesalahan itu bisa saya, kami, anda ,dan kita perbaiki dengan kerja-kerja kita bagi Eksistensi TEKNIK)

'AMAL SIYASI

Szamat Datang



Powered By Blogger

 

Blog Template by Adam Every. Sponsored by Business Web Hosting Reviews